Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Bagaimana Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan

Menumbuhkan Jiwa kepemimpinan dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan sifat-sifat dasar kepemimpinan (kemampuan biasanya yang disebut dengan istilah "leadership"). Antara lain dengan :

1. Pengembangan Efektivitas Diri

Pengembangan efektivitas diri dalam mencapai setiap tujuan dapat dilatihkansejak usia muda. Kita melatih ketajaman hati untuk selalu berfokus atau berkonsentrasi kepada tujuan dan cita-cita hidup, misalnya :
Pemahaman atau Persepsi : Ketajaman dan kejernihan melihat dan merumuskan tujuan-tujuan.
Kapabilitas : Kemampuan untuk memikirkan dan memperjuangkan sesama, Kemampuan untuk bekerja dan belajar dan mempresentasikan hasilnya.
Koordinasi : Kemampuan untuk mendeskripsikan tugas dirinya dan orang lain, merencanakn hubungan kerja/belajar, dan mengorganisasikan serta mengatur lalu lintas dan informasi.


2. Mengembangkan Kemampuan Persuasif

Kemampuan Persuasif adalah keterampilan mempengaruhi dan mengajak pada perilaku tertentu. Sejak awal keterampilan tesebut, perlu dilatih dengan menggunakan kelebihan-kelebihan pribadi kita. kelebihan pribadi itu antara lain : daya inisiatif, penyampaikan pendapat, menghargai, menyebarkan rasa kasih sayang, memimpin suatu kegiatan, dan mengambil keputusan.


3. Mengembangkan Sikap Positif

Sikap dasar yang membangun jiwa kepemimpinan adalah sikap positif. Sikap positif tersebut antara lain : Berfikir Positif, beradaptasi, berpartisipasi, berperan aktif, berbau, berinteraksi, selalu menjaga keakraban, berterus terang, bekerja sama, saling memahami, menghindari perdebatan dan kata-kata tajam.
Baca Selengkapnya...

Konsep Debat


Pertama-tama kita bahas dulu yuk konsep debat!
  • Debat adalah bentuk argumentasi akan dua sudut pandang berbeda, tetapi disampaikan dengan aturan tertentu.
  • Inti dari perdebatan adalah mempertahankan apa yang kita percayai untuk membuktikan bahwa sudut pandang kita yang merupakan kebenaran.
  • Dalam debat, yang kamu harus lakukan adalah mempersuasi keadaan serta memberikan pembuktian tentang hal yang kamu percayai.
  • Sesuatu yang diperdebatkan disebut juga sebagai topik ataupun umum juga disebut sebagai ‘motion’. Topik yang dibahas dalam debat biasanya merupakan isu-isu umum mengenai kepentingan publik, filosofi, maupun ide dan inovasi. Dan topik seringkali disusun menjadi kalimat, co: This House Believe That Indonesia Should Be A Liberal Country. Atau: This House Would Send Indonesian Governments To Comparison Trip With Greece.
  • Dalam debat, sudut pandang dibagi menjadi dua, yaitu: Affirmative (Sisi yang menyetujui topik), dan Negative (Sisi yang tidak menyetujui topik).
  • Di ‘Parliamentary Debate’, affirmative disebut sebagai tim ‘Government’, sementara negative disebut sebagai ‘Opposition’.
  • Apa itu Parliamentary Debate? Ini adalah teknis debat yang merupakan standar internasional, berasal dari teknis debat Inggris.
  • Parliamentary Debate biasa dipraktekkan di India, Jerman, Yunani – dan dipakai dalam World Universities Debating Championship.
  • Sejak National Parliamentary Debate Association (NPDA) berdiri di Amerika, Parliamentary Debate dikatakan sebagai teknis paling demokratis.
  • Ada juga ‘Mace Debate’, ini lumrah dipakai oleh sekolah-sekolah menengah di Inggris. Terdiri dari 2 orang per tim.
  • Ciri khas Mace Debate, di akhir debat, penonton diizinkan untuk memberi pertanyaan kepada kedua tim, yang disebut ‘Floor Session’.
  • Jes Debate’, berasal dari Irlandia dan dikembangkan di Coláiste Iognáid. Terdiri dari 5 orang / tim dan memiliki waktu pidato paling singkat – yaitu hanya 4 menit 30 detik!
  • ‘Australian – Asian Debate’, lumrah digunakan di Indonesia. Jenis ini yang akan jadi bahasan utama kami! Terdiri dari 3 orang/tim.

Apa saja yang dibutuhkan dalam sebuah debat? Yuk kita bahas dulu:
  1. Wawasan dan sumber berita. Dalam debat, kamu harus memberi bukti nyata yang dianggap umum dan logis, disebut juga ‘Opinions of The Street’.
  2. Pengertian akan berita-berita yang sedang ‘panas’. Rajin-rajinlah baca koran kalau kamu ingin menjadi pendebat yang baik!
  3. ‎​Vokal serta ejaan yang baik. Karena debat pada dasarnya berbentuk pidato, maka kamu harus menjaga nada dan kejelasan suara.
  4. Body language. Gerakan tubuh percaya diri dan juga meyakinkan akan persuasimu dalam debat menjadi lebih baik.
  5. Berani! Ini poin yang paling penting. Dalam debat, kamu harus mempertahankan apa yang kamu percayai, karenanya kamu harus berani mengambil resiko terkena ‘jebakan’ dari tim lawan.
  6. Belajar berpikir cepat. Tidak ada yang bisa kita duga dalam debat. When dealing with debating, expect the unexpected.
  7. Keep calm and carry on. Seperti tagline para British, dalam debat kepala kita haruslah tetap ‘dingin’ dan tidak terbawa emosi perdebatan.
  8. Menyimpulkan dan memperhatikan. Debat akan membuat kamu belajar untuk menggunakan otak, telinga, dan mulut sekaligus. Untuk menghasilkan argumen balasan yang baik, kamu harus pasang telinga akan apa yang dibicarakan tim lawan.
Fiuh, ternyata debat itu nggak mudah ya? Selain harus berpikir kritis, kamu juga harus logis dan realistis dalam ‘peran pendebat’ yang imajinatif. Seru kan?

Apa saja peran dalam tim debat? Di Asian Parliamentary, kita ada first speaker, second speaker, dan third speaker (umum disebut team advisor).
Dalam debat, yang berhak menentukan definisi awal terhadap topik yang berlaku adalah tim affirmative.
Sementara tim negative hanya mengikuti definisi tim lawan.
Definisi seperti apakah? Contoh topik: This House Believe That Banned High Heels At Work. Maka tim affirmative memiliki hak untuk memberi definisi atau parameter: Apakah definisi ‘work’ itu? Bisa di pabrik, kantor, dll. Atau apakah definisi high heels? Sepatu hak yang hanya 3cm atau hingga 12 cm?
Apabila tim negative memberikan definisi baru yang berbeda, ini merupakan pelanggaran debat yang disebut ‘definition challenge’.
Tim negative dapat memberi definisi baru apabila definisi yang diberikan tim affirmative tidak rasional dan berbeda dengan kenyataan.
Untuk membuat definisi, tim affirmative harus mempertimbangkan probabilitas definisi itu digunakan kedua tim.
Dalam membuat definisi, jangan mengartikan setiap kata, tapi artikan keseluruhan topik.

Apa saja sih peran-peran dalam sebuah tim debat? Yuk kita bahas:
First Speaker, Affirmative: Membuat definisi, ‘Team Line’, apa yang akan diargumentasi oleh tiap-tiap pendebat di timnya, menjelaskan masalah dalam sudut pandang tim affirmative.
Team Line adalah konsep dasar dari teknis debat, ‘Mengapa hal ini benar’ ataupun ‘Mengapa hal ini salah’. Team line merupakan tujuan yang ingin dicapai tim tersebut.
Masalah yang disampaikan oleh first speaker harus disertai ‘reasoning’, yaitu alasan mengapa hal ini penting untuk diperdebatkan.
First Speaker, Negative: Tugasnya sama seperti first speaker affirmative, hanya saja ia harus memberi ‘perlawanan’ atau disebut juga rebuttal.
Second Speaker, Affirmative: Mengulangi team line, memberi rebuttal pada penjelasan first speaker tim lawan, dan memberi argumen baru.
Second Speaker, Negative: Sama seperti tugas second speaker affirmative, hanya saja tugasnya adalah memberi rebuttal pada argumen second speaker tim lawan.
Third Speaker, Affirmative: Memberi reply speech; ringkasan argumen, kekurangan tim negative, menyimpulkan alasan mengapa tim (+) lebih unggul.
Third Speaker, Negative: Memberi reply speech; ringkasan argumen, kekurangan tim affirmative, menyimpulkan alasan mengapa tim (-) lebih unggul.
Dalam membuat rebuttal, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Yaitu sisi pandang logis untuk mengatakan bahwa argumen tim lawan adalah salah. Yang dapat dilakukan adalah mengambil inti argumen yang dirasa nonsens.
Dalam memberi rebuttal, jangan mengkritik orang yang memberi argumen – kritik apa yang mereka katakan.

‎​Sementara itu, jangan pernah mengasumsikan sesuatu dalam debat. Karena debat hanya terdiri dari argumen nyata dan juga bukti nyata. Makanya, ayo rajin research, debaters!

‎​Sebuah tim debat harus berelaborasi dalam menggabungkan argumen, serta tetap konsisten akan ‘team line’.
Jangan sampai kalian ‘pecah’ di tengah-tengah ketika menerima jebakan dari tim lawan.
‎​Ketika memberi speech, perhatikan pola alur pidato yang kamu bicarakan. Jangan sampai ‘berputar’ di satu titik. Bicarakan segala hal yang terkait dengan argumenmu.
‎​Juri debat (Disebut juga adjudicator), memberi 40 untuk isi argumen, 40 untuk tata perilaku, serta 20 untuk metode pidato.
‎​Di akhir debat, adjudicator akan memberi evaluasi individual kepada semua pendebat. Ini yang akan selalu menjadi input buat kamu.
Umumnya, lama pidato adalah 5-7 menit / orang. Tim lawan bisa memotong pidato dengan cara memberi POI (Point of Information).
POI adalah argumen singkat yang tidak lebih dari 20 detik – yang menyatakan ketidak setujuan atau peringatan. Permintaan untuk POI dimulai dengan mengangkat tangan seraya berdiri dan berkata, “POI, Miss/Sir?”
Hanya saja, POI dapat ditolak oleh orang yang sedang memberi pidato. Penolakan POI berpengaruh juga untuk mengurangi poin akhir, lho :)
  • ‎​Jangan menggunakan kata ‘Selalu’, ‘Tidak Pernah’, dan ‘Saya salah’.
  • Jangan melebih-lebihkan fakta, selalu gunakan poin yang jelas dan to the point.
  • ‎​Kata ‘pada umumnya’ dan ‘biasanya’ hanya digunakan untuk pengecualian, usahakan hindari kata-kata tersebut.
  • ‎​Dalam pidato, kutip sumber dan angka – hal ini akan meyakinkan fakta bahwa persuasi kamu benar adanya.
  • Kalau yang kamu katakan hanyalah opini, akui hal tersebut. Jangan mengakui opini sebagai fakta.
  • Tersenyum saat kamu melakukan POI maupun saat kamu tidak setuju. Kamu tidak harus memenangkan semua pertandingan untuk menjadi pemenang ‘perang’.
  • ‎​Jangan memenangkan debat apabila kamu kehilangan seorang teman.
  • ‎​Tetap jaga prinsip kamu, ingat – ini hanyalah sebuah debat. Yang kamu perankan hanyalah bentuk imajinatif.
  • ‎​Jangan terlalu sering melihat catatan argumen ketika berpidato. Kalau bisa, hindari cue cards.
  • ‎​Mulailah debat dengan suara keras, hal ini dapat membuat konsentrasi penonton beralih untuk fokus pada debatmu.
  • ‎​Buat kontak mata dengan penonton. Apabila masih belum berani, tatap saja bagian kepala penonton. Hal ini akan mengesankan kontak mata terselubung.
  • ‎​Jangan samakan persuasi dalam debat dengan ‘ngotot’. Debat dan ngotot sama sekali berbeda.
  • ‎​Hilangkan gestur nervous. Bisa dengan cara memegang suatu benda, misalnya bolpen. Gestur ini akan membuat kamu terkesan ‘siap’.
  • ‎​Hilangkan buzzing words seperti ‘ehm’, ‘err’, atau ‘yaaa’. Ini akan membuat tim lawan merasa berada di atas angin.

‎​Sadar nggak sih, debat itu seperti berakting lho. Yang harus kamu pelajari adalah mengerti peranmu dan memposisikan dirimu dalam peran tersebut.
‎​Semakin sering kamu berdebat, kamu akan bisa mengetahui apa yang akan diargumenkan tim lawan dengan cara analisa dan memposisikan dirimu di posisi tim lawan.
Seru kan? Trik ini harus diimbangi dengan pola pikir objektif dan kritis.
Ternyata belajar debat bisa memberi banyak ilmu ya! Cara pikir logis, kritis, cekatan, ilmu analisa, public speaking, wawasan luas, hingga sportivitas!
Baca Selengkapnya...

Registrasi Alumni SMKN 1 Lemahabang Lulusan Tahun 2005

Baca Selengkapnya...

Memories In Photos (Pamere 25 - 26)









Baca Selengkapnya...
MyFreeCopyright.com Registered & Protected Submit Express Inc.Submit Express - SEO Services
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

ShoutMix chat widget
[+] [x]